1.
Apakah yang dimaksud dengan GDP?
Nilai pasar semua barang dan jasa yang diproduksi oleh
suatu negara pada periode tertentu.
2.
Jelaskan perbedaan GDP Nominal dan GDP Riil
beserta contohnya!
GDP nominal merupakan GDP yang mengukur nilai output
yang dihasilkan berdasarkan harga-harga yang berlaku pada waktu output tersebut
diproduksi. Sedangkan, GDP riil merupakan GDP yang mengukur nilai output yang
dihasilkan pada suatu waktu dengan berdasarkan pada harga-harga tahun dasar
tertentu (harga konstan).
GDP dihitung dengan mengalikan total output nasional
suatu negara dengan harga output. Misalnya sebuah negara hanya menghasilkan
tiga jenis output pada tahun 2000:
A = 1000 unit
B = 2000 unit
C = 3000 unit
Jika harga A, B, dan C masing adalah $100, $200, dan
$150, maka GDP negara tersebut adalah sebesar :
A = 1000 unit x $100 = $100.000
B = 2000 unit x $200 = $400.000
C = 3000 unit x $100 = $300.000 +
Total GDP $800.000
GDP Nominal
GDP nominal dihitung dengan mengalikan jumlah output
dengan harga pasar output (atau GDP nominal = P x Q). Misalkan pada tahun 2001
output negara tidak berubah, namun terjadi inflasi sebesar 10% sehingga harga
produk A, B, dan C masing-masing naik sebesar 10%. Maka perhitungan GDP secara
nominal untuk tahun 2001 adalah sebagai berikut:
A = 1000 unit x $110 = $110.000
B = 2000 unit x $220 = $440.000
C = 3000 unit x $110 = $330.000 +
Total GDP $880.000
Melalui perhitungan GDP nominal, perbandingan antara
tahun 2000 dan 2001 menunjukkan adanya pertumbuhan GDP sebesar 10%. Namun perlu
diperhatikan bahwa output tidak berubah (yaitu unit output tetap sama dengan
tahun sebelumnya). Pertumbuhan GDP sebesar 10% terjadi karena ada inflasi
(kenaikan harga), bukan karena ada peningkatan jumlah output. Oleh karena itu,
perhitungan GDP secara nominal dapat menimbulkan kesalahan dalam menentukan
pertumbuhan ekonomi (GDP) suatu negara.
GDP Riil
GDP riil menghitung GDP dengan mengalikan jumlah
output dengan harga yang konstan, artinya tidak menggunakan harga pasar yang
berlaku pada tahun tersebut. Harga konstan ini dapat ditentukan dengan
menggunakan satu tahun dasar yang mana harganya dijadikan acuan. Pada contoh
ini, diasumsikan harga adalah berdasarkan tahun dasar 2000. Maka selanjutnya
kita perlu menghitung deflator harga untuk 2001, yaitu:
Deflator harga 2001 = GDP nominal / GDP riil (Q)
= 880.000 / 800.000
= 1,1
Setelah diketahui deflator harga tahun 2001, maka GDP
riil dapat diketahui sebagai berikut:
GDP riil 2001 = GDP nominal 2001 / Deflator harga 2001
= $880.000 / 1,1
= $800.000
Sehingga diketahui bahwa GDP riil pada tahun 2001
ternyata sama dengan GDP tahun sebelumnya, artinya tidak ada pertumbuhan
output. Negara-negara umumnya mengacu pada GDP riil ketika mereka menghitung
dan mempublikasikan angka GDP-nya.
3.
Jelaskan metode perhitungan Pendapatan Nasional!
a. PENDEKATAN
PENDAPATAN
Metode
pendapatan memandang nilai output perekonomian sebagai nilai total balas jasa
atas faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Kemampuan
entrepreneur ialah kemampuan dan keberanian mengombinasikan tenaga kerja,
barang modal, dan uang untuk menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan
masyarakat. Balas jasa untuk tenaga kerja adalah upah atau gaji. Untuk barang modal
adalah pendapatan sewa. Untuk pemilik uang/aset finansial adalah pendapatan
bunga. Sedangkan untuk pengusaha adalah keuntungan. Total balas jasa atas
seluruh faktor produksi disebut Pendapatan Nasional (PN).
Y = R + W + I +
P
Ket :
Y = pendapatan nasional
R = rent = sewa
W = wage =
upah/gaji
I = interest =
bunga modal
P = profit =
laba
b. PENDEKATAN
PENGELUARAN
Menurut metode
pengeluaran, nilai PDB merupakan nilai total dalam perekonomian selama periode
tertentu. Menurut metode ini ada beberapa jenis agregat dalam suatu
perekonomian: Konsumsi Rumah Tangga (Household Consumption), Konsumsi
Pemerintah (Government Consumption), Pengeluaran Investasi (Investment
Expenditure) dan Ekspor Neto (Net Export).
Y = C + I + G +
(X - M)
Ket :
Y = Pendapatan
Nasional
C = konsumsi
masyarakat
I = investasi
G = pengeluaran
pemerintah
X = ekspor
M = impor
c. PENDEKATAN
PRODUKSI
Menurut metode
ini, PDB adalah total output (produksi) yang dihasilkan oleh suatu
perekonomian. Cara penghitungan dalam praktik adalah dengan membagi-bagi
perekonomian menjadi beberapa sektor produksi (industrial origin). Jumlah
output masing-masing sektor merupakan jumlah output seluruh perekonomian. Hanya
saja, ada kemungkinan bahwa output yang dihasilkan suatu sektor perekonomian
berasal dari output sektor lain. Atau bisa juga merupakan input bagi sektor
ekonomi yang lain lagi. Dengan kata lain, jika tidak berhati-hati akan terjadi
penghitungan ganda (double counting) atau bahkan multiple counting. Akibatnya
angka PDB bisa menggelembung beberapa kali lipat dari angka yang sebenarnya.
Untuk menghindari hal tersebut, maka dalam perhitungan PDB dengan metode
produksi, yang dijumlahkan adalah nilai tambah (value added) masing-masing
sektor.
Y = (PXQ)1 +
(PXQ)2 +.....(PXQ)n
Ket:
Y = Pendapatan
Nasional
P = harga
Q = kuantitas
4.
Nilai suatu uang dapat dibedakan menjadi nilai
intrinsik dan ekstrinsik. Jelaskan!
Nilai intrinsik adalah nilai bahan untuk membuat mata
uang, baik mata uang yang terbuat dari logam maupun kertas. Contohnya, berapa
nilai emas dan perak yang digunakan untuk membuat mata uang. Sedangkan, Nilai
ekstrinsik (nominal), yaitu nilai yang tercantum pada mata uang atau cap harga
yang tertera pada mata uang. Misalnya seratus rupiah (Rp. 100,00), atau lima
ratus rupiah (Rp. 500,00).
5.
Apa yang dimaksud dengan jumlah uang yang
beredar dan bagaimana Kebijakan Moneter dalam mengatasi inflasi yang berkaitan
dengan jumlah uang yang beredar?
Uang beredar adalah uang yang berada di tangan
masyarakat. Uang beredar dalam arti sempit (narrow money) adalah bentuk aset
keuangan yang paling likuid, artinya uang ini langsung dapat menjalankan semua
fungsinya sebagai uang. Uang beredar dalam arti luas adalah pengertian uang
yang memasukkan semua aset keuangan yang memenuhi fungsinya sebagai uang.
Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat
diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan
moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
a. Kebijakan
moneter ekspansif (Monetary expansive policy): suatu kebijakan dalam rangka
menambah jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi
pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan masyarakat) pada
saat perekonomian mengalami resesi atau depresi. Kebijakan ini disebut juga
kebijakan moneter longgar (easy money policy).
b. Kebijakan
Moneter Kontraktif (Monetary contractive policy): suatu kebijakan dalam rangka
mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat
perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight
money policy).
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan
instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain:
a. Operasi
Pasar Terbuka (Open Market Operation): cara mengendalikan uang yang beredar
dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities).
b. Fasilitas
Diskonto (Discount Rate): pengaturan jumlah uang yang beredar dengan memainkan
tingkat bunga bank sentral pada bank umum.
c. Rasio
Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio): mengatur jumlah uang yang beredar
dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada
pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan
wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.
d. Imbauan
Moral (Moral Persuasion): kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar
dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi.
Keren yah anak hukum belajar ekonomi juga. Btw, folback yah.
ReplyDelete